Aturan Konsumsi Obat Antibiotik dari Kemenkes, Cegah Resistensi Bakteri

Aturan Konsumsi Obat Antibiotik dari Kemenkes, Cegah Resistensi Bakteri

Yudhy.Net.COM – Berikut pedoman penggunaan antibiotik Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi bakteri dan harus digunakan dengan hati-hati.

Hal ini membuat pengobatan dan perawatan pasien menjadi lebih sulit untuk menghindari risiko bakteri menjadi resisten atau kebal terhadap antibiotik.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Dr. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri tidak dapat dibunuh dengan antibiotik, jelas Mohammed Suharl.

“Itu karena banyak bakteri yang kebal terhadap antibiotik yang ada,” jelas Soharl. Salah satu penyebab resistensi antibiotik adalah penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Tidak tepat artinya memberikan antibiotik terlebih dahulu. “Sumbernya.” healthnegeriku.kemkes.go.id, Selasa (8/10/2024).

Kedua, soal dosis, dan ketiga, soal durasi penggunaan obat. Misalnya, ada orang yang hanya mengonsumsi antibiotik satu kali dalam sehari. “Bakteri menjadi resisten dan resisten.” dikatakan.

Untuk itu, penting bagi masyarakat untuk memperhatikan aturan penggunaan antibiotik.

Jika dokter meresepkan antibiotik sesuai indikasi pengobatan, pasien harus mengikuti dosis dan durasi penggunaan yang ditentukan.

Suharl melanjutkan, “Antibiotik harus digunakan sesuai resep. “Dokter juga harus mengikuti pedoman penggunaan antibiotik.”

Kalau dokter meresepkan antibiotik selama tiga hari, tentu diminum dalam jangka waktu tersebut. Jangan hanya diminum satu hari atau jika resepnya tiga hari. Kalau bar mengatakan, ambillah satu batang saja.”

Menurut Syahril, bakteri yang kebal antibiotik lebih banyak ditemukan dan lebih rentan terhadap virus.

Resistensi antibiotik membuat antibiotik menjadi tidak efektif dan mempersulit pengobatan infeksi, sehingga meningkatkan risiko penularan penyakit, memburuknya kondisi penyakit, kecacatan, bahkan kematian.

“Jika terjadi resistensi, banyak bakteri yang masih bertahan di dalam tubuh. “Kemudian, virus tersebut dapat menyebar lagi dan menjadi lebih ganas.” menjelaskan.

Pada saat yang sama, Mohammad Suharl mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati dalam menggunakan obat-obatan seperti obat penyakit virus seperti batuk dan flu.

“Hindari penggunaan obat-obatan yang dijual bebas atau dijual bebas, termasuk obat pereda demam, obat batuk dan pilek. Jika gejala (demam) ringan, Anda bisa mencoba cara tradisional, seperti kompres dan banyak minum. Air putih, cukup untuk makan,” ujarnya.

“Jika (gejalanya) terus berlanjut, konsultasikan dengan dokter Anda. Sekali lagi, berhati-hatilah dengan semua obat, bukan hanya antibiotik. Dan banyak orang ingin minum obat sakit kepala yang ringan.” menjelaskan.

(Suku News.com/Latifah)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *