Yudhy.Net, Jakarta Stunting masih menjadi masalah kesehatan utama anak-anak di Indonesia. Bukti menunjukkan bahwa stunting seringkali disebabkan oleh kekurangan gizi kronis atau infeksi berulang, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak. Namun salah satu pertanyaan yang sering muncul di masyarakat adalah apakah anak pendek otomatis mengalami stunting?
Jawabannya tidak sesederhana itu. Meskipun tinggi badan pendek merupakan salah satu ciri utama perawakan pendek, namun belum tentu anak bertubuh pendek mengalami stunting. Ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan untuk memastikan kondisi ini. Beberapa sumber Selasa (19/11) menyebutkan, berikut faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan anak mengalami stunting.
Tidak semua anak yang bertubuh pendek dapat digolongkan sebagai stunting. Stunting adalah suatu kondisi kronis yang disebabkan oleh kekurangan gizi berkepanjangan atau infeksi berulang. Anak dengan retardasi pertumbuhan biasanya memiliki berat badan di bawah rata-rata, pertumbuhan tulang melambat, gangguan tumbuh kembang fisik dan mental.
Namun, perawakan pendek pada anak juga bisa disebabkan oleh faktor genetik. Anak-anak dari orang tua pendek, biasanya, mewarisi tinggi badan yang sama tanpa gangguan pertumbuhan apa pun. Indikator lain seperti berat badan, pola makan, dan riwayat kesehatan perlu dicermati untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami stunting atau tidak.
Pada anak-anak dengan keterbelakangan pertumbuhan, tanda-tanda berikut biasanya diamati:
Berat badan rendah: Berat badan anak berada di bawah rata-rata anak seusianya.
Pertumbuhan tulang tertunda: Tulang tampak lebih pendek dibandingkan anak-anak lain seusianya.
Kerentanan terhadap penyakit: Sistem kekebalan tubuh anak-anak lemah, sehingga mereka lebih rentan terhadap penyakit.
Ketidakmampuan belajar: Anak-anak seringkali mengalami kesulitan berkonsentrasi atau kesulitan belajar.
Pada anak dengan kondisi kronis seperti anemia atau TBC, tanda-tanda stunting mungkin lebih kompleks, seperti anak tidak mau menyusu, sering mengalami sesak napas, atau memiliki kuku berbentuk sendok (jari kaki menjerit).
Pencegahan retardasi pertumbuhan harus dilakukan sedini mungkin, bahkan saat anak masih dalam kandungan.
Konsumsilah makanan bergizi sejak masa kehamilan
Ibu hamil sebaiknya memastikan kebutuhan nutrisinya terpenuhi, terutama dengan mengonsumsi makanan kaya protein, sayur mayur, buah-buahan, dan sumber zat besi seperti daging merah.
ASI eksklusif
Pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pertama sangatlah penting. Kandungan kolostrum pada ASI dapat memperkuat daya tahan tubuh bayi sehingga mencegah infeksi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan.
Berikan makanan pendamping ASI yang kaya nutrisi. Setelah usia enam bulan, anak memerlukan makanan pendamping ASI (MPASI). Protein hewani seperti telur dan daging merupakan komponen penting untuk pertumbuhan tulang dan otot pada anak.
Pantau tumbuh kembang bayi Anda secara rutin setiap bulan di fasilitas kesehatan Posyandu. Hal ini dapat membantu mendeteksi gejala stunting secara dini sehingga dapat segera ditangani.
Imunisasi lengkap pada anak Imunisasi tidak hanya melindungi terhadap penyakit berbahaya, tetapi juga mencegah hambatan pertumbuhan yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan.
Lingkungan yang bersih dan sehat sangat penting untuk mencegah stunting. Anak yang sering terpapar lingkungan kotor rentan terkena infeksi yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan. Pastikan rumah dan tempat bermain anak selalu bersih. Ajari anak dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum makan atau setelah menggunakan toilet untuk mencegah penyebaran kuman.
Apa penyebab utama keterlambatan tumbuh kembang pada anak?
Stunting disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan.
Stunting sulit untuk dikoreksi jika sudah terjadi, terutama setelah anak mencapai usia dua tahun. Oleh karena itu, penting untuk mengambil tindakan pencegahan tepat waktu.
Pantau tumbuh kembang anak secara rutin, pastikan pola makan seimbang, imunisasi lengkap, pastikan kebersihan lingkungan.