Yudhy Network

Blog Suka suka

November 2, 2024

Liputan6.com, Jakarta Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (FK Undip) Yan Wisnu Prajoko mengakui adanya tindakan intimidasi di lingkungan Program Pelatihan Dokter Spesialis (PPDS).

“Kami menyadari sepenuhnya, menyampaikan dan menyadari bahwa dalam sistem pendidikan kedokteran khusus, dalam praktik atau kasus-kasus perundungan dalam berbagai bentuk, derajat, dan berbagai cara,” kata Jan dalam konferensi pers di FK Undip. Semarang, Jumat (13/9/2024).

“Maka kami mohon maaf kepada masyarakat khususnya Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Komite IX DPR RI, Komite X DPR RI. “Kami mohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan proses pelatihan khususnya bagi dokter spesialis,” imbuhnya.

Yan juga meminta bimbingan semua pihak agar Undip dapat melakukan perbaikan khususnya dalam pelatihan dokter spesialis.

“Dan kami mohon dukungan pemerintah dan masyarakat agar kami dapat melanjutkan proses pendidikan dokter spesialis di FK Undip, khususnya saat ini kurikulum Anestesi dan Perawatan Intensif (Prodi).

Yan menilai kasus yang berlarut-larut ini membuat proses pembelajaran terhenti. Bahkan, siswa PPDS lainnya harus melanjutkan studi. Ia mengimbau berbagai kalangan mengulangi proses pembelajaran tersebut.

“Agar kita juga bisa berperan dan berkontribusi agar negara segera menyediakan sumber daya manusia dokter spesialis agar merata di seluruh nusantara,” ujarnya.

Sebelumnya, dalam jumpa media pada Jumat, 23 Agustus 2024, Jan mengatakan pihaknya membuka pintu lebar-lebar bagi pihak yang melakukan proses penyidikan menyusul meninggalnya salah satu mahasiswa Program Pendidikan Dokter Khusus (PPDS), dr Aulia Risma Lestari. .

“Kami terbuka terhadap pertanyaan dan tidak akan menutup-nutupi,” kata Yan dalam konferensi pers yang digelar di Semarang.

Saat itu, kata Yan, ada dua kementerian yang mengusut kasus Dr. Aulia yakni Kementerian Kesehatan dan Irjen Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).

“Kami terbuka jika Irjen atau polisi menemukan kesalahan dengan bukti yang kuat, maka kami akan bertindak serupa dan memberikan sanksi yang berat sesuai hukum yang berlaku,” kata Yan.

Sebelumnya mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis Anestesi (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip), dr. Aulia Risma Lestari, diduga bunuh diri karena di-bully oleh orang yang lebih tua.

Kabar tersebut tersebar melalui akun X @bambangsuling11 yang menyebutkan Aulia Risma Lestari mengakhiri hidupnya dengan menyuntik narkoba ke tubuhnya.

Ia menulis: “Seorang dokter muda di RSUD Kardinah Tegal meninggal karena serangan jantung saat menyuntikkan obat ke tubuhnya. Dia diyakini tidak tahan dengan intimidasi selama PPDS Anestesi Undip Semarang tidak ikut. Mohon bantuannya dari RT karena ada ada indikasi kasus ini ditutup-tutupi dengan menyebut korban terjepit,” seperti dilansir Kamis, 15 Agustus 2024.

Unggahan tersebut disertai surat resmi dari Kementerian Kesehatan. Melalui surat bernomor TK.02.02/D/44137/2024, Kementerian Kesehatan RI meminta penghentian sementara Program Anestesi Universitas Diponegoro di RS Dr Kariadi.

Surat yang ditandatangani Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Azhar Jaya pada Rabu 14 Agustus 2024 berbunyi:

“Yang terhormat Direktur RSUP Dr.

“Oleh karena itu kami menyarankan untuk menghentikan sementara program studi anestesi di RS Dr Kariadi sampai dilakukan penyelidikan dan diambil tindakan yang dapat dipertimbangkan oleh Direksi RS Kariadi dan FK UNDIP. Penghentian sementara kurikulum sementara ini terhitung sejak tanggal diterbitkannya surat ini, yakni 14 Agustus 2024.