IPO Perusahaan Teknologi Sepi, Begini Kata Bursa

IPO Perusahaan Teknologi Sepi, Begini Kata Bursa

Yudhy.Net, Jakarta Bursa Efek Indonesia (BEI) buka suara soal sepinya IPO perusahaan teknologi. Secara umum, ada dua faktor penting bagi suatu perusahaan untuk melakukan penawaran umum perdana (IPO), kata I Gede Nyoman Yetna, Direktur Penilaian Perusahaan BEI.

Pertama, persiapan para pebisnis. Kedua, perubahan kondisi pasar dan kondisi bisnis mempengaruhi minat investor di sektor teknologi, dimana belum ada perusahaan teknologi yang masuk dalam pipeline IPO BEI.

Nyoman mengatakan, kondisi perekonomian pada masa krisis sebelumnya menurunkan minat investor terhadap perkembangan teknologi. Sekadar informasi, izinkan kami memberi tahu Anda bahwa hingga 1 November 2024, ada 28 perusahaan bursa yang sedang dalam proses IPO. Namun, tidak ada satu pun yang berasal dari sektor teknologi.

“Saat krisis kemarin, keinginan terhadap perusahaan start-up, perusahaan berbasis teknologi melebihi keinginan investor,” kata Nyoman, dikutip Rabu (13/11/2024).

Namun dengan penyesuaian suku bunga yang dilakukan saat ini, perusahaan startup diharapkan memiliki peluang untuk kembali tumbuh dan mempertimbangkan untuk melakukan IPO. BEI secara aktif mencari perusahaan teknologi yang mampu IPO terlepas dari ukuran perusahaannya dan menawarkan program Dewan Akselerasi dan Inkubator BEI untuk mengembangkan perusahaan yang sedang mempersiapkan IPO.

“Perubahan kondisi perbatasan sudah disesuaikan. Kita harus kembali dari awal. Soalnya para pengusaha lebih tahu kapan mau masuk. Tapi karena pasar. Dari informasi, kita harus start-up lagi. perusahaan tumbuh,” kata Nyoman.

Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan, saat ini ada 29 perusahaan yang tercatat dalam daftar saham BEI. Saat ini, per 8 November 2024, ada 36 perusahaan yang mencatatkan saham (IPO) di BEI dengan menambah modal Rp 5,42 juta.

Berdasarkan IDX Pipeline, Selasa (12/11/2024), terdapat 2 perusahaan aset kecil dengan aset di bawah Rp 50 miliar. Lalu ada 10 perusahaan properti kecil dengan aset antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar, dan 17 perusahaan properti besar dengan aset di atas Rp250 miliar.

Perusahaan-perusahaan di sektor non-siklus dan sektor energi mempunyai jumlah perusahaan terbanyak di pipeline BEI, artinya semua perusahaan. Karena fundamental, keuangan, kesehatan, industri, serta properti dan real estate adalah yang terbesar kedua dalam pipeline, masing-masing 3 perusahaan.

Saat ini, perusahaan-perusahaan di sektor infrastruktur dan transportasi serta logistik merupakan sektor terbawah dalam pipeline BEI, yang berarti masing-masing 1 perusahaan.  perusahaan besar

I Gede Nyoman Yetna, Direktur Utama Perusahaan BEI, mengatakan perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar akan melakukan penawaran umum perdana (IPO) pada tahun ini. 

“Jadi target lampu kita tahun ini minimal ada tiga,” kata Nyoman di Aula Utama BEI, Senin (11/11/2024). 

 

PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ) resmi mencatatkan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin 11 November 2024, menjadi perusahaan ke-37 yang mencatatkan saham sepanjang tahun 2024.

DAAZ menggelar IPO dengan menawarkan 300.000.000 lembar saham dengan harga awal saham Rp 880 per saham atau setara 15,02 persen dari modal ditempatkan dan disetor.

Perseroan menargetkan penambahan modal baru sebesar Rp 264 miliar melalui IPO ini. Seluruh dana hasil penawaran umum perdana ini setelah dikurangi seluruh biaya penerbitan saham akan digunakan Perseroan untuk membeli bijih nikel.

Pembagian pembelian nikel tersebut sebesar 70 persen dari PT Nusjaya Persamama Mandiri dan 30 persen lainnya berasal dari PT Tiran Indonesia.

Dana hasil IPO juga akan digunakan perseroan untuk investasi, antara lain untuk membayar biaya karyawan, biaya penjualan. Selain itu, dana tersebut akan digunakan untuk memberikan pinjaman kepada anak perusahaan, PT Bara Makmur Dwitama (BMD) dan PT Indo Lautan Energy (ILE).

Presiden Da Bara Lestari Mahar Atanta Sembiring mengatakan IPO ini juga menjadi era baru bagi perseroan dalam perjalanan bisnisnya bersama investor dan mitra lainnya.

“Kami sedang membangun visi, yaitu memberikan solusi terintegrasi untuk pemanfaatan sektor pertambangan dan mineral yang andal dan memberikan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia,” kata Mahar pada acara pencatatan saham perdana DAAZ.

Mahar mengatakan, dengan menjadi emiten, perseroan dapat meningkatkan penerapan manajemen perusahaan yang baik, sehingga dapat tegas dan transparan dalam pengelolaan perusahaan.

Ia menyimpulkan, “Hal ini sejalan dengan keinginan kami untuk menjadi lebih profesional dan lebih cepat.”

Saham Daz Bara Lestari diperdagangkan pada harga Rp1.100 per saham atau sekitar 25 persen dengan volume perdagangan 1,36 juta lembar saham pada awal sesi hari ini, berdasarkan catatan RTI.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *