Israel dan Hizbullah Siap Lakukan Genjatan Senjata, Keputusan Penting agar Tak Ada Lagi Korban Jiwa

Israel dan Hizbullah Siap Lakukan Genjatan Senjata, Keputusan Penting agar Tak Ada Lagi Korban Jiwa

Yudhy.Net, Jakarta Setelah berminggu-minggu negosiasi yang intens, dunia menyambut baik kabar penuh harapan tentang konflik berkepanjangan antara Israel dan Hizbullah. Presiden AS Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron dijadwalkan mengumumkan gencatan senjata dalam 36 jam ke depan, menandai langkah besar menuju perdamaian di Timur Tengah.

Rencana ini dikatakan sebagai pencapaian diplomatik besar yang diharapkan setelah konflik panjang yang telah memakan ribuan korban jiwa dan menimbulkan kerusakan besar di Lebanon. Pembicaraan tersebut berlangsung di tengah ketegangan yang sedang berlangsung, dengan serangan sengit dari kedua belah pihak dalam beberapa hari terakhir.

Meskipun kesepakatan sudah dekat, banyak masalah penting yang masih perlu diselesaikan. Berikut adalah kronologi perkembangan gencatan senjata yang menarik perhatian global.

Amerika Serikat dan Perancis telah memimpin upaya menyelesaikan konflik antara Israel dan Hizbullah. Presiden Joe Biden dan Emmanuel Macron berencana mengumumkan kesepakatan gencatan senjata yang telah dinegosiasikan dengan hangat dan melibatkan negosiator utama seperti Amos Hochstein.

“Kami benar-benar meminta hal ini terjadi secepatnya,” kata John Kirby, juru bicara keamanan nasional AS, seperti dikutip Reuters. 

Perkembangan penting juga dibenarkan oleh kantor kepresidenan Prancis yang menyatakan perundingan sudah dalam tahap akhir dan tinggal menunggu persetujuan banyak pihak.

Perjanjian tersebut mencakup penarikan pasukan Israel dari Lebanon selatan dan penempatan pasukan reguler Lebanon ke daerah perbatasan dalam gencatan senjata 60 hari.

Salah satu poin perdebatan adalah hak Israel untuk menyerang Lebanon selatan jika ancaman dari Hizbullah muncul kembali. Meskipun Lebanon pada awalnya menolak klausul ini, negosiasi berhasil mempersempit perbedaan pada menit-menit terakhir. 

“Rapat kabinet hari Selasa akan fokus pada persetujuan teks perjanjian,” kata seorang pejabat senior Israel.

Meskipun terdapat upaya diplomasi, kekerasan di lapangan telah meningkat dalam beberapa hari terakhir. Selama akhir pekan, serangan udara besar-besaran Israel di Beirut menewaskan sedikitnya 29 orang, sementara Hizbullah membalasnya dengan menembakkan 250 roket ke wilayah Israel.

Michael Herzog, Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat, mengatakan bahwa kesepakatan hampir tercapai, meskipun masih ada tantangan besar yang menghadang. 

“Kami bergerak menuju kesepakatan, namun ada beberapa masalah yang perlu ditangani,” katanya.

Di pihak Israel, Menteri Keamanan Itamar Ben-Gvir menekankan bahwa Hizbullah harus ditindas dengan perang sampai mencapai kemenangan penuh. Hal ini merujuk pada pernyataan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang menyebut kesepakatan tersebut belum final. 

“Belum terlambat untuk menghentikan rencana ini,” tulis Netanyahu di akun media sosialnya.

Sementara itu, Hizbullah terus menunjukkan kekuatannya meski kehilangan beberapa pemimpin puncaknya akibat serangan Israel. Serangan mereka menunjukkan bahwa kelompok tersebut masih memiliki kemampuan militer yang kuat meskipun ada tekanan diplomatik.

Konflik ini telah menimbulkan banyak kerusakan di Lebanon, terutama di wilayah selatan dan pinggiran kota Beirut. Warga sipil adalah korban utama, dan sebagian besar dari mereka harus mengungsi ke tempat yang lebih aman. Di sisi lain, Israel juga menghadapi ancaman serius dari roket Hizbullah yang menghantam sejumlah wilayah perbatasan.

“Kerugian yang diderita kedua belah pihak menggarisbawahi pentingnya gencatan senjata sebagai langkah pertama menuju stabilitas,” kata seorang analis keamanan Timur Tengah.

Presiden AS Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron dijadwalkan mengumumkan gencatan senjata dalam waktu 36 jam, meski keputusan akhir masih menunggu kesepakatan pihak-pihak yang terlibat.

Perjanjian tersebut mencakup penarikan pasukan Israel dari Lebanon selatan, penempatan pasukan reguler Lebanon di perbatasan, dan pembentukan komisi internasional untuk memantau pelaksanaan gencatan senjata.

Tantangan terbesarnya adalah memastikan penghentian serangan oleh kedua belah pihak serta mengatasi perbedaan pendapat mengenai hak Israel untuk mundur jika ada ancaman.

Kerusakan parah terjadi di Lebanon selatan, khususnya di Dahiyeh, dengan banyak warga sipil tewas atau melarikan diri.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *