Kasus Mpox atau Monkeypox di Afrika Naik, Pakar: Jangan Sampai Sejarah Tahun 2022 Terulang

Kasus Mpox atau Monkeypox di Afrika Naik, Pakar: Jangan Sampai Sejarah Tahun 2022 Terulang

Yudhy.Net, Jakarta Dimie Ogoina, pakar penyakit menular di Niger Delta University, yang juga aktif di komite darurat WHO, mengatakan peningkatan kasus Mpox – yang dulu disebut monkeypox – di Afrika merupakan keadaan darurat. Bukan hanya keadaan darurat di Afrika, tapi di seluruh dunia.

Meningkatnya kasus Mpox di berbagai wilayah Afrika dan munculnya virus Mpox jenis baru merupakan keadaan darurat, tidak hanya di Afrika tetapi di seluruh dunia, kata Dimie Ogoina.

Mengingat tren peningkatan kasus MPox di Afrika, khususnya di Kongo dan negara tetangga, ia mengenang kembali wabah monyet pada tahun 2022. Pada saat itu, penyakit ini tersebar luas di negara-negara yang belum diketahui kasusnya. Tindakan tegas harus diambil untuk mencegah terulangnya sejarah pada tahun 2022.

“Mpox yang berasal dari Afrika, diabaikan di sana, dan kemudian menyebabkan wabah global pada tahun 2022. Sudah saatnya bertindak tegas agar sejarah tidak terulang kembali,” ujarnya merujuk pada situs resmi WHO.

Oleh karena itu, Komite Darurat WHO merekomendasikan agar MPOX dikembalikan ke status Public Health Emergency of International Concern atau Public Health Emergency of International Concern/PHEIC.

WHO juga telah menerima usulan ini.

“Komite Darurat #mpox bertemu hari ini dan memberi tahu saya bahwa mereka menganggap situasi ini sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Saya telah menerima saran ini,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam cuitannya pada Rabu X, 14 Agustus , 2024 waktu setempat.

Pada Juli 2022, wabah MPOX di beberapa negara mendorong WHO mendeklarasikan PHEIC.

Pada saat itu, penyakit ini menyebar dengan cepat di negara-negara dimana virus tersebut belum pernah terlihat sebelumnya. Indonesia juga mencatat kasus Mpox pertama pada Agustus 2022. 

Berakhirnya PHEIC diumumkan pada Mei 2023, setelah jumlah kasus global menurun.

 

Menurut analisis Komite Darurat saat ini, ada kemungkinan penyebaran penyakit ini lebih lanjut ke negara-negara Afrika dan mungkin di luar benua Afrika. Oleh karena itu, disarankan agar status MPOX menjadi PHEIC.

Tedros mengatakan koordinasi internasional diperlukan untuk membendung wabah ini.

“Munculnya kelompok baru Mpox, penyebarannya yang cepat di Kongo timur dan pelaporan kasus di beberapa negara tetangga sangat mengkhawatirkan. Jelas bahwa respons internasional yang terkoordinasi diperlukan untuk menghentikan wabah ini dan menyelamatkan nyawa,” ujarnya. Tedro.

Direktur Regional WHO untuk Afrika, Dr. Ketika virus ini terus menyebar, Matshidiso Moeti akan terus memperkuat koordinasi internasional untuk mengakhiri wabah ini.

Mpox adalah penyakit virus yang disebabkan oleh virus cacar monyet, spesies dari genus Orthopoxvirus.

Menurut situs resmi WHO, gejala umum MPOX adalah ruam kulit atau lesi pada selaput lendir yang dapat berlangsung selama dua hingga empat minggu, demam di atas 38 derajat Celcius, sakit kepala, nyeri otot, nyeri punggung, kurang energi, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Mpox dapat ditularkan ke manusia melalui kontak fisik dengan orang yang menularkan penyakit, bahan yang terkontaminasi, atau hewan yang terinfeksi.

Mpox dapat dicegah dengan menghindari kontak fisik dengan penderita Mpox. Vaksinasi dapat membantu mencegah orang yang berisiko terinfeksi.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *