Kolaborasi Pemerintah dan Swasta Dorong Peningkatan Literasi bagi Generasi Muda
Yudhy.Net.COM, JAKARTA – Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Ubaidi Socheh Hamidi mengatakan kerja sama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dapat meningkatkan literasi keuangan dan pemahaman APBN pada generasi muda.
“Kolaborasi ini akan menciptakan sinergi yang kuat untuk melahirkan generasi muda yang cerdas finansial dan memahami pentingnya peran APBN dalam pembangunan,” ujarnya.
Pernyataan tersebut disampaikan pada Webinar Komunitas InTalks: Pentingnya Edukasi Finansial bagi Generasi Muda.
Webinar dilaksanakan dalam rangka Hari Kerja Nasional Republik Indonesia ke-78 Direktorat Jenderal Keuangan dan Manajemen Risiko (DJPPR).
Acara ini bertujuan untuk memperkuat peran pendidik dalam meningkatkan literasi keuangan generasi muda di Indonesia, serta meningkatkan pemahaman tentang peran APBN dan instrumen investasi khususnya SBN ritel.
Acara ini dibagi menjadi dua sesi utama yang menampilkan para pakar dan profesional yang ahli di bidangnya untuk memberikan perspektif yang relevan dan inspiratif kepada peserta.
Sesi panel pertama yang mengusung tema “Edukator dan Literasi Investasi: Belajar Mandiri, Kelola Uang Sendiri”, menandai dialog inspiratif antar pakar di bidang manajemen keuangan, yakni Deni Ridwan, Direktur Surat Utang Negara. ; dan Prita Ghozie, Konsultan Utama dan CEO ZAP Finance.
Deni menyampaikan pentingnya peningkatan angka literasi dan inklusi keuangan karena dapat meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat.
Selain itu, “masyarakat juga perlu beralih dari saving society ke investment society dengan harapan kemandirian pembiayaan pembangunan dapat tercapai,” ujarnya.
Sehubungan dengan itu, DJPPR Kementerian Keuangan menerbitkan berbagai instrumen SBN ritel sebagai pilihan investasi yang sederhana, aman, dan menguntungkan bagi masyarakat.
“Kami juga melihat tren investor yang cukup peduli terhadap isu lingkungan dan keberlanjutan. Kami telah mengembangkan produk obligasi/sukuk tematik seperti Green Sukuk, SDGs Bond dan Blue Bond. “Pemerintah saat ini menawarkan SUN ritel seri ORI026T3 dan ORI026T6 yang merupakan obligasi SDG ritel pertama,” ujarnya.
Dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi SDG digunakan untuk mendukung program pemerintah dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Prita juga menambahkan tentang pentingnya menetapkan tujuan dan rencana keuangan.
Prita juga menjelaskan pengelolaan dana darurat dan alokasi anggaran bulanan, termasuk instrumen investasi yang sesuai dengan tujuan keuangan.
“Wahana investasi yang cocok dan disukai investor pemula adalah SBN Ritel karena risikonya rendah, dapat diakses oleh semua orang, dan menawarkan keuntungan yang aman.”
Sementara itu, panel lainnya bertajuk “Menjadi Pendidik yang Menyenangkan: Meningkatkan Literasi Keuangan dengan Cara yang Menarik” fokus membahas cara-cara inovatif untuk menyampaikan materi literasi keuangan kepada siswa dengan menggunakan metode yang menarik dan sesuai tahapan, geng.
Dari segi psikologi, Hani Kumala yang merupakan seorang psikolog klinis menyampaikan pentingnya menumbuhkan rasa ingin tahu pada siswa.
Beliau juga berbagi tips membangun budaya belajar yang menyenangkan, serta pentingnya mencocokkan kompleksitas belajar dengan tahap perkembangan anak agar materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik.
Di sisi lain, Galih Sulistyaningra yang sehari-harinya bekerja sebagai guru juga berbagi pengalamannya tentang tantangan dalam memberikan pengetahuan keuangan dan investasi kepada siswa sekolah dasar.
“Metode pengajaran yang tepat sangat diperlukan untuk mengenalkan mahasiswa pada manajemen keuangan dan investasi, sehingga mereka dapat memahami dan menerapkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari,” tambahnya.