Yudhy.Net, Oleh: Muhammad Fauci Arif, Dosen Jurusan Dawat Unispa
Era digital telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan termasuk kawasan Dawa. Kehadiran teknologi informasi membuka peluang untuk menjangkau khalayak luas, namun di sisi lain juga menimbulkan permasalahan yang tidak bisa diabaikan. Bagaimana peluang dan tantangan tersebut dikelola untuk membangun momentum kebangkitan dakwah yang begitu penting saat ini?
Peluang Dakwah Digital
Pertama, akses yang tidak dibatasi ruang dan waktu sangat dimungkinkan dalam dakwah digital. Pesan-pesan Islam dapat dengan cepat menjangkau khalayak global melalui media sosial, situs web, dan platform video seperti YouTube. Hal ini menjadi peluang besar bagi para dai untuk menyampaikan nilai-nilai Islam kepada berbagai kalangan, termasuk generasi muda yang lebih melek teknologi. Kedua, dakwah digital memudahkan komunikasi antara da’i dan matu (pendengar).
Komunikasi dua arah dapat dilakukan melalui rangkaian komentar, diskusi online, atau sesi tanya jawab di media sosial. Hal ini menjadikan dakwah lebih inklusif dan interaktif sehingga pesan yang disampaikan dapat lebih dipahami. Ketiga, teknologi digital memungkinkan adanya jalur dakwah yang berbeda.
Dengan bantuan konten kreatif seperti infografis, video pendek, dan podcast, para pendakwah dapat menyampaikan pesan-pesan dengan cara yang menarik dan sesuai dengan gaya hidup masyarakat modern. Platform yang berbeda memungkinkan pengelola data menganalisis kebutuhan dan minat pengunjung sehingga bahan ajar dapat disesuaikan dengan kebutuhannya.
Tantangan Dakwah Digital
Pertama, adanya potensi penyalahgunaan teknologi dalam pekerjaan dakwah. Media digital mempunyai risiko menyebarkan kebohongan, ujaran kebencian atau pernyataan yang berlebihan. Mereka yang tidak terampil dalam menggunakan platform digital berisiko menciptakan polarisasi sosial alih-alih menyatukan masyarakat. Kedua, kemampuan ibu dalam membaca dan menulis masih menjadi kendala.
Tidak semua pengkhotbah paham teknologi. Banyak dari mereka yang kesulitan membuat konten berkualitas atau memahami teknik media sosial, sehingga sangat mempengaruhi keberhasilan dakwah mereka. Ketiga, adanya bahaya menghambat dakwah. Menyederhanakan konten untuk menarik perhatian khalayak akan mengurangi kedalaman pesan Islam. Dakwah tidak hanya bertujuan untuk menarik khalayak banyak, namun juga membawa perubahan positif dalam pemahaman dan perilaku.
Kelola peluang dan tantangan
Untuk menghadapi tantangan ini, diperlukan lebih banyak upaya. Pertama, para pendakwah perlu meningkatkan literasi digitalnya melalui pelatihan dan pendampingan. Kemampuan memahami teknologi merupakan kebutuhan mutlak agar dakwah dapat beradaptasi dengan perubahan zaman. Kedua, harus ada kolaborasi antara pendeta, pendidik, dan profesional media dalam menghasilkan konten khotbah yang berkualitas. Kerjasama ini dapat menghasilkan konten khotbah yang menarik, mendalam dan relevan serta sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Ketiga, penguatan nilai-nilai Islam harus menjadi prioritas dalam segala urusan dakwah.
Seorang ibu harus menyampaikan risalah Islam dengan cara yang penuh hormat, inklusif, dan mendidik, sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi masyarakat saat ini. Keempat, harus ada pengelolaan dan pengendalian penggunaan platform digital. Pemerintah dan organisasi keagamaan harus bekerja sama untuk mencegah penyalahgunaan teknologi yang merusak citra Islam dan merugikan masyarakat.
Dakwah digital perlu dikelola secara bijak. Dengan memanfaatkan peluang dan menghadapi tantangan dengan strategi yang tepat, dakwah digital merupakan cara yang bagus untuk menyebarkan nilai-nilai Islam di dunia.
Jurusan Dawat Universitas Islam Bandung (Unispa) merupakan salah satu lembaga yang bertujuan untuk mencetak para da’i ulung yang siap menghadapi tantangan era digital. Dengan pendekatan berbasis teknologi, inovasi dakwah dan kurikulum yang relevan, Departemen Dakwah Unispa mendorong mahasiswa menjadi pionir dakwah digital yang membawa manfaat nyata bagi umat.