Saat AS dan Jepang Guncang Bursa Saham Global
Yudhy.Net, Jakarta – Pasar saham dunia mengalami volatilitas pada pekan ini, terutama pada 5-9 Agustus 2024 akibat sentimen Jepang dan Amerika Serikat (AS). Hal ini disebabkan paparan tingkat pengangguran Amerika Serikat yang semakin memburuk.
Berdasarkan riset PT Ashmore Asset Management pada Minggu (8/11/2024), tingkat pengangguran di Indonesia naik menjadi 4,3 persen, dibandingkan perkiraan pada Jumat pekan lalu sebesar 4,1 persen. Terakhir kali tingkat pengangguran di Amerika Serikat mencapai angka tersebut adalah saat pandemi COVID-19, pada September 2017.
Mengingat fokus pada pertemuan terakhir Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) adalah pada data ketenagakerjaan dibandingkan data inflasi, tampaknya Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell merasa terdorong. “Tingginya pengangguran yang tidak terduga menurunkan ekspektasi penurunan suku bunga pada akhir tahun dari sekitar 75 basis poin pada hari Jumat menjadi 125 basis poin pada hari Senin,” Ashmore Asset Management Indonesia mengutip.
Namun, ekspektasi telah dikurangi menjadi penurunan suku bunga sebesar 100 basis poin pada akhir tahun ini.
Selain itu, pasar Jepang juga tidak bebas dari volatilitas, hal ini dibuktikan dengan kenaikan suku bunga Bank of Japan pada pekan lalu. Suku bunga acuan Bank of Japan naik 0,25 persen dan dengan cepat memperkuat yen menjadi $144,18 per dolar pada hari Senin.
“Dampak utamanya adalah penjualan besar-besaran akibat penutupan investasi yang dikenal dengan istilah carry trade yen,” kata pernyataan itu.
Kekhawatiran utama adalah penyempitan tajam perbedaan suku bunga antara Jepang (yang terus menaikkan suku bunga) dan Amerika Serikat (AS), yang memperkirakan suku bunga akan turun lebih cepat dan merupakan andalan carry trade yen. strategi, karena penguatan yen di samping risiko mata uang baru.
Sentimen tersebut mendorong indeks Nikkei 225 turun satu pada perdagangan Senin 5 Agustus 2024, namun kembali rebound tajam keesokan harinya.
“Salah satu faktor utama yang meredakan kekhawatiran di pasar Jepang adalah nada dovish dari Wakil Presiden Bank of Japan Oda Shinichi, yang menyatakan kehati-hatian terhadap kenaikan suku bunga lebih lanjut sementara volatilitas pasar masih tinggi.”
Pasar saham utama di Asia, termasuk Indonesia, tidak luput dari ketakutan dan mengalami pergerakan serupa, meski dalam skala yang lebih kecil. Bahkan indeks harga saham biasa (IHSG) kembali bangkit setelah beberapa kali terkoreksi pada Senin 5 Agustus 2024. Sepanjang sepekan, IHSG melemah 0,7 persen menjadi 7.256 poin.
“Tema yang berulang tahun ini adalah melemahnya ekspektasi penurunan suku bunga. Ketika pasar mengharapkan tujuh penurunan suku bunga di awal tahun, hingga tidak ada penurunan suku bunga, kini ada empat penurunan suku bunga,” Ashmore Asset Management kata Indonesia mengutip penelitian.
Ashmore melihat perbedaan tersebut sebagai penurunan suku bunga yang lebih besar pada pertemuan FOMC bulan September, yaitu 50 basis poin (bp) dibandingkan 25 basis poin seperti biasanya.
“Secara keseluruhan, kami melihat volatilitas pasar tinggi karena faktor-faktor seperti ketegangan geopolitik dan pemilu global.”
Ashmore merekomendasikan untuk melakukan diversifikasi ke investasi ekuitas dan pendapatan tetap untuk mengurangi risiko dan mengoptimalkan portofolio investasi: “Kami tetap optimis terhadap isu-isu di Indonesia karena penurunan suku bunga AS dapat mengarah pada undang-undang global sebagai katalis bagi investor untuk bergerak menuju pertemuan dan harga yang lebih berisiko.” peningkatan mungkin terjadi”
Sebelumnya, indeks harga saham keseluruhan (IHSG) lesu pada perdagangan 5-9 Agustus 2024. Reformasi IHSG didorong oleh sentimen internasional, khususnya dari Amerika Serikat (AS) dan Jepang.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (8 Oktober 2024), IHSG melemah 0,70 persen menjadi 7.256,99 poin dari pekan lalu 7.308,12 poin. Kapitalisasi pasar saham turun 0,87 persen menjadi Rp12.302 triliun dari Rp12.410 triliun pada akhir pekan lalu.
Selain itu, rata-rata nilai transaksi harian di bursa turun 6,53 persen menjadi Rp9,63 triliun dari pekan lalu sebesar Rp10,31 triliun. Investor asing memborong saham senilai Rp 1,1 triliun selama sepekan. Sepanjang tahun 2024, investor asing memborong saham senilai Rp 1,42 triliun.
Namun kenaikan terbesar terjadi pada frekuensi harian bursa yang naik 4,15 persen menjadi 918.000 dari minggu sebelumnya sebanyak 942.000 transaksi. Selain itu, rata-rata volume transaksi harian dalam sepekan meningkat 3,6 persen menjadi 16 miliar lembar saham dari minggu sebelumnya sebanyak 15,44 miliar lembar saham.
Analis PT MNC Securitas Hereditya Vacaksana mengatakan IHSG melemah 0,7 persen dalam sepekan didorong oleh sejumlah faktor. Pertama, rilis angka pengangguran AS yang naik menjadi 4,3 persen. “Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor bahwa perekonomian AS akan melambat,” ujarnya.
Kedua, investor melakukan aksi jual akibat kenaikan suku bunga di Jepang. Ketiga, kemungkinan bank sentral AS atau Federal Reserve (Fed) akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada September 2024. Keempat, ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali meningkat, ujarnya.
Menurut Hereditia, pada perdagangan Senin 12 Agustus 2024, IHSG akan sejajar dengan level support di 7219 dan level resistance di 7267. Pergerakan IHSG akan terpengaruh oleh perubahan rupee dan investor akan terus mencermati sejumlah rilis data Amerika dan China, ujarnya.